Cedera pergelangan kaki (ankle sprain) memiliki banyak sinonim di Indonesia, antara lain popular dengan sebutan kaki keseleo, kaki kecengklak, atau kaki terkilir. Keseleo pergelangan kaki merupakan kondisi medis yang sangat umum baik pada olahragawan maupun non-olahragawan dengan prediksi 2 juta kasus per tahun. Dari seluruh cabang olahraga, keseleo termasuk tiga kondisi tersering setelah dislokasi sendi dan patah tulang. 
Sering dianggap sepele, cedera pergelangan kaki yang tidak ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal. Salah satu konsekuensi terburuknya adalah kerusakan sendi permanen.
Cedera pergelangan kaki dapat menyebabkan cabang saraf yang berlokasi di sendi dan ligamen penunjang mengalami kerusakan sehingga fungsi keseimbangan, biomekanika berjalan, dan proprioseptif terganggu. Fungsi proprioseptif, diperlukan manusia untuk merasakan sensasi berjalan, sensasi berdiri, dan sensasi posisi tubuh. 
Apabila fungsi sensasi ini terganggu, seseorang akan mengalami gangguan dalam mendeteksi kelincahan gerak sehingga sering dianggap tidak sigap atau ceroboh. Misalnya, gampang jatuh ketika berjalan di permukaan yang tidak mulus dan tidak lurus. Bisa juga kerap kali merasa seperti mau keseleo atau terkilir ketika sedang turun tangga. Gangguan deteksi posisi sendi ini lah yang menyebabkan potensi cedera pergelangan kaki berulang. Berdasarkan data, 40% kasus ankle sprain berulang akan memengaruhi kestabilan pergelangan kaki jangka panjang (chronic lateral ankle instability) dan bisa berakhir dengan kerusakan sendi permanen (post traumatic ankle arthritis).

Oleh karena itu, tugas seorang dokter orthopedi dan dokter olahraga dalam menghadapi pasien dengan cedera pergelangan kaki adalah memastikan bahwa pasien dapat kembali beraktivitas, berolahraga, atau berkompetisi kembali dengan  menjalani tiga fase pemulihan. 

Fase pertama berlangsung 1-2 minggu yang bertujuan untuk mengurangi bengkak dan nyeri dengan cara metode PRICE, yaitu protection, rest, ice, compression, dan elevation. Apabila ada cedera pada ligamen atau tulang yang memerlukan perhatian khusus, disinilah dokter orthopedi akan berperan misalnya pemasangan gips, ankle brace, atau tindakan lainnya. 

Fase kedua berlangsung mulai minggu ke-2 sampai ke-6 pasca cedera meliputi terapi latihan ruang gerak sendi, latihan penguatan otot, latihan keseimbangan, proprioseptif, dan juga kelincahan. Fase ke-3 adalah fase krusial terutama bagi para pecinta olahraga karena di fase ini akan dilakukan sports-specific rehab, yaitu pemulihan fungsional otot dan ligamen yang disesuaikan dengan jenis olahraganya. Misalnya seseorang yang gemar tennis tentunya program latihannya akan berbeda dengan seseorang yang gemar basket. Disinilah peran penting dokter spesialis olahraga untuk mengembalikan seseorang ke pre-injury level. 
Terapi fisik mempunyai berbagai manfaat bagi pasien dengan cedera pergelangan kaki, antara lain:
- Mempercepat proses pemulihan
- Meningkatkan mobilitas dan fungsi pergelangan kaki
- Mencegah cedera berulang dan komplikasi jangka panjang, seperti kerusakan sendi
- Meningkatkan kualitas hidup

Berbagai jenis terapi fisik yang dapat digunakan untuk mengobati cedera pergelangan kaki, tergantung pada tingkat keparahan cedera dan kebutuhan pasien. Jenis-jenis terapi tersebut antara lain:
- Latihan rentang gerak
- Latihan penguatan otot
-Latihan keseimbangan, proprioseptif, dan koordinasi
- Terapi manual

Mari kita menjadi pasien yang pintar, karena kesembuhan paripurna perlu kontribusi dan kerja sama dari semua pihak termasuk penanganan sejak awal yang tepat. Apabila cedera dibiarkan berlarut tanpa terapi medis yang tepat, bukan tidak mungkin terjadi gejala sisa yang mengganggu fungsi sendi di kemudian hari. 

Artikel ini ditulis bersama dr. Astuti Pitarini, Sp.OT (dr.astutipitarini) dan dr. Andi Kurniawan, Sp.KO (@dokandi) dan diterbitkan sebagai bagian dari artikel kesehatan di harian KOMPAS tahun 2024. 
Back to Top